Mencermati tawaran waralaba Javanet Café

Maret 22, 2008 at 1:25 am Tinggalkan komentar

USAHA
Tabloid KONTAN No. 26, Tahun X, 3 April 2006

Berselancar dari Mal sampai Ruko
Mencermati tawaran waralaba Javanet Café

Lima tahun menjajal bisnis warnet yang dipadu dengan kafe, Javanet Cafe kini menawarkan waralaba. Mengandalkan layanan yang komplet dan suasana kafe yang cozy, Javanet yakin bisnis ini masih amat menjanjikan.

“Gini hari, bisnis warnet?” Pernyataan ini bakal langsung tercetus dari bibir banyak orang bila kita bicara soal prospek bisnis warnet alias warung internet. Maklum, pemain warnet memang sudah menyesaki pasar. Boro-boro menjadi pemain baru, pemain lama saja cukup banyak yang terpaksa gulung kabel dan tutup gerai.

Tapi, bisnis warnet belumlah tamat. Asal bisa memberi nilai tambah dan memiliki konsep yang kuat serta membidik pasar yang jelas, bisnis ini masih cukup menjanjikan. Adalah Rudy Rusdiah, seorang pengusaha warnet yang sudah membuktikannya.

Mengusung konsep multipurpose community internet center, Rudy yang juga Ketua Asosiasi Warnet Indonesia (Awari) ini telah membuka beberapa kafe internet sejak lima tahun silam. Saat ini Rudy memiliki empat gerai kafe internet. Satu bernama Millenia Cafe yang berlokasi di Pasar Festival; sisanya bernama Javanet Cafe yang berlokasi di Ratu Plaza, Pasaraya Grande, dan Panglima Polim, Jakarta.

Dalam konsep bisnis Rudy, warnet harus menjadi tempat multiguna bagi orang yang ingin merasakan nikmatnya menjelajahi dunia maya dan menjajal teknologi digital terbaru. Jadi, selain surfing, browsing, e-mail, dan chatting, di warnet ini orang juga bisa melakukan cetak foto digital secara langsung, entah itu dari kamera digital atau ponsel. “Di sini kami menyediakan teknologi bluetooth,” papar dia.

Selain layanan warnet yang komplet, yang bikin Millenia dan Javanet berbeda, dia juga menawarkan suasana yang cozy, khas kafe-kafe. Suasana berbeda langsung mencuat begitu kita melewati pintu masuknya. Tak ada stasiun-stasiun yang dibatasi partisi sempit dan sumpek yang menjadi suasana khas warnet biasa. Semua peralatan digital di situ ditata apik, dipadu interior yang gaya, menghadirkan suasana santai dan kesan lega.

Bisa pilih kelas mal atau kelas ruko

Di dalam suasana yang asyik itu pelanggan bisa sepuasnya berselancar di dunia maya, atau menyelesaikan pekerjaan kantor. Tentu sambil minum-minum, ngemil, atau makan berat. Dengan layanan macam ini, tak heran jika pelanggan betah berlama-lama nongkrong di sini. “Model warnet seperti inilah yang bisa bersaing, “cetus Rudy yang juga distributor komputer merek Dell.

Lima tahun mengarungi bisnis internet plus kafe, dan yakin prospeknya bagus, sekarang Rudy menawarkan waralaba kafe internetnya. Dari dua nama yang dia miliki, lewat PT Asri Cipra Pratama, Rudy memilih mewaralabakan Javanet Cafe. “Nama Javanet lebih menjual,” jelasnya. Untuk setahun ke depan, Rudy menargetkan akan membuat 20 Javanet Cafe di kota-kota besar.

Jika Anda adalah pebisnis warnet yang ingin menambah “gizi” layanan sekaligus merengkuh pasar baru yang lebih empuk, atau pebisnis baru, tawaran waralaba Javanet ini boleh jadi pilihan yang layak disimak. Bagi yang berminat, Rudy menawarkan tiga tipe waralaba, yakni A, B, dan C, yang menyasar pasar berbeda dengan modal yang berbeda pula.

Tipe A menyasar para pebisnis atau bisa juga kawula muda dari kalangan atas yang benar-benar menuntut kenyamanan. Makanya, lokasinya haruslah di pusat-pusat perbelanjaan atau pusat bisnis papan atas yang gampang diakses dan ramai pengunjungnya. Luas ruangnya 150 m2. Adapun modal untuk membuka Javanet tipe A ini berkisar Rp 500 juta-Rp 1,5 miliar.

Untuk tipe B, lokasi idealnya tetap di pusat perbelanjaan kelas atas, tapi luas ruangnya cukup 120 m2. Modalnya pun lebih kecil, yakni Rp 350 juta-Rp 490 juta.

Jika modal untuk membuka gerai tipe A dan B terasa berat, masih ada jalan ketiga. Yakni: tipe C. Modalnya sekitar Rp 250 juta-Rp 340 juta. Modal ini bisa lebih kecil lantaran ruangnya cukup seluas 80 m2. Tempatnya pun tak harus di mal-mal papan atas yang sewa dan service charge-nya mahal. “Javanet tipe C bisa di ruko,” ujar Rudy. Lokasinya yang bisa di tempat-tempat pendidikan, seperti dekat sekolah, kursus atau universitas.

Oh, ya, untuk memperoleh hak waralaba tersebut tentu ada franchise fee-nya. Besarnya sekitar 15% dari modal awal atau minimal Rp 50 juta. Laiknya system waralaba, apa pun tipe waralabanya, terwaralaba juga harus membayar royalty fee. Besarnya 1,5% dari keuntungan kotor. Ditambah lagi dengan biaya promosi 5% dan management fee 1% dari laba kotor per bulannya.

Setelah memilih tipe waralaba yang pas dengan Anda, langkah selanjutnya menentukan komposisi dan memilih komputer dan program-program yang pas dengan pasar yang hendak Anda bidik. Misalnya, jika Anda memilih waralaba tipe C, lokasinya di dekat kampus, maka sebagian besar komputer harus memiliki fasilitas yang baik untuk permainan online (online game) yang masih digemari kawula muda.

Gaptek alias buta soal program-program komputer dan seluk-beluk internet? Enggak usah khawatir. Inilah enaknya sistem waralaba. Pihak Rudy selaku pewaralaba akan sepenuhnya membantu. Mulai dari memilihkan komputer, program, menempatkan komputer, membuat sistem jaringan, hingga urusan internet. “Semua itu kami yang akan mengerjakannya,” ujar Rudy.

Dia menambahkan, Javanet juga sudah mengatasi soal kelemahan akses internet yang selama ini menjadi kendala bisnis warnet. Mengikuti Javanet dan Millenia Café yang sudah beroperasi, setiap terwaralaba Javanet Cafe pun bakal memakai tiga internet service provider (ISP). “Kami memakai Indosat, Indonet, serta CBN. Speedy pun kami pakai,” kata Rudy.

Setelah lokasi dan perlengkapan gerai sudah beres, terwaralaba bisa segera menyiapkan operasional gerainya. Untuk ini, tentu harus ada modal kerja yang harus dimiliki selain modal awal yang telah disebut. Besarnya sekitar Rp 60 juta-Rp 150 juta tergantung dari jenis waralaba yang kita pilih.

Setelah gerai buka, terwaralaba tak lantas tinggal leyeh-leyeh menunggu datangnya pengunjung mengantar rezeki ke kantongnya. Menurut Rudy, terwaralaba harus mengurusi bisnisnya secara serius.

Meskipun telah menempatkan seorang manajer di gerainya, kata Rudy, pemilik gerai tak bisa melepas bisnisnya begitu saja. Bagaimanapun, tetap ada beda bisnis itu diurusi orang lain atau pemiliknya sendiri. Karena itulah, meskipun keahlian di bidang komputer dan internet bukan persyaratan mutlak, “Minimal terwaralaba hobi dunia digital,” tandas Rudy.

Jikalau persiapan matang dan operasional berjalan bagus, lokasi pun strategis, Rudy yakin pengunjung akan terus mengalir masuk ke gerai-gerai Javanet milik terwaralaba. Dalam tempo 1,5 tahun, investor bisa menerima kembali semua rupiah yang sudah ditanamkannya. Asyik kan, bisa main-main di dunia maya sembari hangout di kafe, dan fulus pun terus mengalir masuk.

Markus Sumartomdjon

Tabel simulasi perhitungan bisa di donlod di SINI

Entry filed under: Bisnis. Tags: , , , , , , , .

Photo-Photo masa lalu Sandra Dewi Menjajaki tawaran waralaba warnet Kubus

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Kalender

Maret 2008
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31  

Kategori

Add to Technorati Favorites

RSS VIVAlog

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.