Archive for Maret, 2008
Kisah perjuangan David Herman Jaya membesarkan karoseri New Armada
PROFIL
Tabloid KONTAN No. 13, Tahun IX, 3 Januari 2005
Kibaran Bendera Karoseri New Armada
Kisah perjuangan David Herman Jaya membesarkan karoseri New Armada
Berbagai tempaan telah dialami David Herman Jaya sejak mendirikan dan membesarkan perusahaan karoseri New Armada. Ekspansi usahanya pun melebar ke berbagai sektor seperti furnitur, keuangan, dan perhotelan.
Lantaran dianggap belum cukup umur, David Herman Jaya harus mengajak pamannya saat mengurus izin mendirikan perusahaan. Maklum, waktu itu David baru berusia 21 tahun dengan pendidikan terakhir di SMA Bhineka Tunggal Ika, Yogyakarta. Mungkin, David sendiri tak menyangka bahwa keberaniannya di tahun 1973 itu berbuah sukses besar. Perusahaan itu sekarang adalah salah satu pemain ternama di bisnis karoseri otomotif. Coba siapa yang tak kenal dengan merek dagang karoseri New Armada.
Photo-Photo masa lalu Hanung Bramantyo
Buat temen2 yang penasaran bagaimana tampang sutradara film best seller ayat-ayat cinta, Hanung Bramantyo pas masa kecilnya dia , jauh sebelon jadi sutradara kondang , silakan dilihat photo2 berikut,
Seperti biasa om Roy Sukro Suryo silakan dicek metadata-nya (lebih…)
Bisnis batik tematik ala Daud
PROFIL
Tabloid KONTAN No. 50, Tahun IX, 19 September 2005
Kisah dalam Secarik Batik
Bisnis batik tematik ala Daud
Pertama kali berbisnis batik, Daud memilih aliran batik tematik yang tergolong langka. Alhasil, batik bikinannya mampir di tubuh para pesohor, seperti Mandela, Khadafi, Bush, dan Mahathir. Ia juga mempunyai galeri di Milan dan Singapura.
Air cucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga. Hal itulah yang dialami K.R.T. Daud Wiryo Hadinagoro yang dibesarkan dalam keluarga batik. Ayah Daud adalah seorang pembatik, sedangkan ibunya berdagang batik. Alhasil, bisnis Daud sekarang tak jauh-jauh dari batik.
Mengikuti perjalanan Kahn berbisnis penyelenggara acara
PROFIL
Tabloid KONTAN No. 50, Tahun X, 18 September 2006
Banting Setir Membidik Anak-Anak
Mengikuti perjalanan Kahn berbisnis penyelenggara acara
Proyek pertamanya dulu adalah mendatangkan rombongan biksu Shaolin dari China. Meski proyek itu membuatnya rugi, Kahn Warsah tidak putus asa. Rumah dan mobil direlakan untuk modal tambahan. Belakangan, ia beralih membidik pasar anak-anak.
Penduduk Indonesia yang belum pernah melihat Disneyland di Kalifornia atau Hongkong bisa memuaskan rasa suka pada karakter Disney di Senayan, Jakarta. Paling tidak, itulah yang ditawarkan Kahn Warsah ketika hari-hari ini ia menyelenggarakan Disney Lantern Fun-tasy selama sebulan penuh. “Paling tidak, masyarakat kita bisa menikmati karakter Disney, seperti Mickey, Minnie, dan sebagainya,” tutur Kahn. Ia menetapkan harga tiket antara Rp 20.000 sampai Rp 40.000 per orang untuk masuk arena lampion Disney.
Mencicip tawaran waralaba Bakmi Tebet dan Langgara
WARALABA
Tabloid KONTAN No. 45, Tahun IX, 15 Agustus 2005
Serupa GM Plus Waralaba
Mencicip tawaran waralaba Bakmi Tebet dan Langgara
Bila ingin mencicipi pasar bakmi yang cukup besar, tawaran waralaba Bakmi Langgara atawa Bakmi Tebet ini bisa menjadi pilihan. Modalnya relatif terjangkau. Diharapkan usaha ini bisa balik modal dalam waktu sembilan bulan hingga 1,5 tahun.
Dia memang bukan makanan asli Indonesia. Tapi, penganan bernama bakmi ini sudah lekat benar dengan lidah orang kita. Penggemarnya banyak, dan tak mengenal kasta. Abang becak maupun tukang ojek bisa menikmati bakmi gerobak di pengkolan. Ibu rumah tangga ataupun anak kos bisa mencegat tukang bakmi keliling di perumahan mereka. Para bos pun bisa menyantapnya di restoran.
Menjajaki tawaran waralaba warnet Kubus
WARALABA
Tabloid KONTAN No. 36, Tahun X, 12 Juni 2006
Mengakses Peluang di Jalur Padat
Menjajaki tawaran waralaba warnet Kubus
Di tengah ketatnya persaingan bisnis warnet, Kubus berani menawarkan waralaba. Sukses berkat kejeliannya memilih lokasi dan menyediakan layanan yang pas dengan pasar, warnet asal Bandung ini yakin bisnisnya masih amat menjanjikan.
Aduh, jangan langsung pesimistis dulu begitu mendengar bisnis warung internet alias warnet. Ya, dia memang bukan barang baru. Bisnis ini pun tidak segemerlap tahun 1999-2000 yang merupakan masa-masa keemasannya. Ketatnya persaingan membuat banyak warnet yang akhirnya gulung kabel lantaran tak kuat menahan rugi.
Mencermati tawaran waralaba Javanet Café
USAHA
Tabloid KONTAN No. 26, Tahun X, 3 April 2006
Berselancar dari Mal sampai Ruko
Mencermati tawaran waralaba Javanet Café
Lima tahun menjajal bisnis warnet yang dipadu dengan kafe, Javanet Cafe kini menawarkan waralaba. Mengandalkan layanan yang komplet dan suasana kafe yang cozy, Javanet yakin bisnis ini masih amat menjanjikan.
“Gini hari, bisnis warnet?” Pernyataan ini bakal langsung tercetus dari bibir banyak orang bila kita bicara soal prospek bisnis warnet alias warung internet. Maklum, pemain warnet memang sudah menyesaki pasar. Boro-boro menjadi pemain baru, pemain lama saja cukup banyak yang terpaksa gulung kabel dan tutup gerai.